prosa fiksi di indonesia dan perkembangannya
prosa merupakan suatu karangan yang ditulis naratif dan tidak terikat oleh pakem tertentu seperti halnya puisi. Berdasarkan waktunya, prosa dibagi menjadi dua jenis, yaitu prosa lama yang terbagi lagi atas berbagai jenis-jenis prosa lama, dan prosa baru yang terbagi lagi ke dalam jenis-jenis prosa baru. Sementara itu, berdasarkan jenis ceritanya, prosa terbagi atas prosa fiksi dan prosa non fiksi. Khusus untuk artikel kali ini, kita akan membahas apa saja yang termasuk ke dalam jenis-jenis prosa fiksi.
Nusantara adalah wilayah yang kekayaan karya prosanya sangat luar bias. Karya-karya prosa itu terbentang mulai dari karya prosa lama hingga prosa modern. Dari khasanah prosa lama kita mengenal cerita-cerita rakyat seperti: mite,legenda,fabele,hikayat dan lain-lain. Prosa lama yang wujudnya berupa cerita rakyat ,atau juga dikenal dengan istilah folklor seperti diuraikan di atas,pada awalnya merupakan sastra lisan.Keberadaan cerita rakyat ini sangat menyatu dengan dengan kegiatan kehidupan masyarakat sehari-hari. Cerita rakyat itu biasa menjadi pengantar tidur bagi anak-anak dengan didongengkan oleh orangtuanya. Atau,diceritakan oleh masyarakat dari mulut kemulut.
Prosa modern Indonesia berbeda dengan prosa lama. Apa yang disebut dengan prosa modern,seperti cerita pendek,novel,roman,novelette,merupakan pengaruh dari tradisi sastra barat.Pengaruh itu hadir di Indonesia seiring dengan datangnya para penjajah barat ke Indonesia. Prosa Indonesia modern dari mulai lahirnya hingga perkembangannya sekarang memiliki kekhasan-kekhasan,baik dalam bentuk maupun isinya. Kekhasan-kekhasan tersebut ternyata menandai ciri setiap kurun waktu (periode). Dari kesamaan ciri-ciri itu akhirnya dapat diruntut periodisasi karya-karya prosa Indonesia. Rachmat Djoko Prodopo.
berikut ini adalah periode perkembangan prosa fiksi di indonesia :
Periode Balai Pustaka (20-30-an)
Angkatan Balai Pustaka ini lahir tahun 1920, menguat tahun 1925-1935, dan melemah tahun 1940.Jenis prosa periode tahun ini terutama roman. Roman-roman masa ini kebanyakan mengangkat permasalahan-permasalahan adat, gap antara antara kaum tua dengan kaum muda,dan bersifat kedaerahan.
Periode Pujangga Baru
Angkatan ini mulai muncul pada tahun 1930,menguat pada tahun1933-1940, dan melemah pada tahun 1945. Prosa yang ditulis pada periode ini masih didominasi roman, meskipun cerita pendek pun ada. Corak prosa masa ini beraliran romantik. Masalah yang diangkat bersangkut-paut dengan kehidupan masyarakat kota, masalah individu manusia,nasionalisme, dan bersifat didaksis.
Periode 1945
Angkatan ini lahir tahun 1940,menguat tahun 1943-1953,dan melemah tahun 1955-an. Pada periode ini, karya prosa berbentuk cerita pendek (cerpen) mulai meluas. Prosa periode ini cenderung realistis,sinis,dan ironis terhadap keadaan diatas. Masalah-masalah yang diangkat kebanyakan masalah-masalah kemasyarakatan,seperti kemiskinan,pelanggaran hak asasi manusia,ketidak adilan dan lain-lain.
Periode Angkatan 50
Angkatan ini mulai lahir tahun 1950,menguat tahun 1955-19965,dan melemah tahun 1970. Pada masa ini Indonesia menganut sistem demokrasi parlementer liberal yang menyebabkan banyaknya partai di Indonesia. Situasi sosial,politik, ekonomi Negara seperti digambarkan diatas berpengaruh terhadap satra karena banyak sastrawan yang masuk dalam lembaga-lembaga kebudayaan tersebut.Akhirnya karya sastra pun mengusung dan mensosialisasikan ideologi partai yang dimasukinya tersebut. Disamping itu, banyak juga satrawan yang “merdeka” dan lebih menganut prinsip menulis untuk kemanusiaan, bukan untuk partai tertentu. Hal ini menyebabkan corak sastra, termasuk juga prosa,beragam. Secara estetis, meneruskan konvensi angkatan 45. Yang berbeda adalah masalah yang dikemukakannya. Prosa masa ini banyak mengangkat masalah pertentangan politik, kehidupan masyarakat sehari-hari, juga kehidupan pedesaan. Selain itu, protes terhadap kebijakan pemerintah Orde lama pun banyak mewarnai karya-karya angkatan ini.
Periode Angkatan 70
Angkatan ini sudah mulai muncul tahun 1960-an namun mulai menguat pada tahun 70-an,dan melemah sekitar tahun 1980-an. Masa transisi dari pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru, dan arus kebudayaan Barat yang menghantam secara kuat, membuat situasi masyarakat tahun-tahu ini, terutama secara moral dan spiritual cukup bergejolak. Hal ini berpengaruh pula pada penciptaan karya sastra. Konvensi karya sastra yang ada selama ini dianggap tidak mampu lagi menyuarakan suara zaman 1970-an yang gemuruh. Oleh karena itu, pada masa ini banyak muncul 17 eksperimentasi dan inovasi,termasuk dalam bidang prosa. Prosa-prosa beraliran surealisme banyak muncul pada masa ini. Selain itu, pengaru filsafat eksistensialisme yang semakin kuat menyebabkan banyak karya prosa yang bertema absurdisme. Muncul pula karya-karya prosa bertema sufistik.
Jenis prosa fiksi yang berkembang di Indonesia yaitu,
Hikayat
merupakan prosa fiksi yang ada sebelum karya sastra barat masuk ke Indonesia. Prosa fiksi ini mempunyai beberapa karakteristik yang khas, di mana beberapa karakteristik hikayat tersebut antara lain ceritanya yang bersifat fiktif, latar tempatnya yang istanasentris (selalu berlatar tempat lingkungan istana), dan penggunaan bahasa Melayu klasik yang kental. Hikayat sendiri mempunyai beberapa macam, di mana beberapa diantara macam-macam hikayat tersebut antara lain hikayat melayu, hikayat Jawa, dan lain sebagainya.
Dongeng
Selain hikayat, prosa lama yang juga termasuk ke dalam prosa fiksi adalah dongeng. Menurut laman id.wikipedia.org, dongeng diartikan sebagai sebuah cerita yang bersifat khayali dan terkadang tidak masuk akal. Dongeng sendiri terbagi atas beberapa macam, di mana macam-macam dongeng tersebut antara lain contoh dongeng fabel singkat, contoh legenda singkat, contoh dongeng sage, contoh dongeng parabel, dan contoh mite atau mitos.
Kisah
Merupakan salah satu prosa lama dan prosa fiksi yang menceritakan kisah perjalan seseorang ke suatu daerah. Sebetulnya, kisah sendiri bersifat semi fiksi karena cerita yang hendak disampaikan oleh kisah sebetulnya juga bersumber dari realita yang kemudian dipadukan dengan imajinasi pembaca.
Novel
Novel merupakan salah satu prosa baru yang tergolong ke dalam prosa fiksi. Novel sendiri merupakan sebuah prosa yang menceritakan sebuah tokoh dan peristiwa secara kompleks dan biasanya terdiri dari beberapa bab dan cerita.
Cerpen
Cerpen atau cerita pendek merupakan sebuah prosa yang fokus menceritakan satu tokoh dan satu peristiwa secara mendalam dan biasanya kisah yang diceritakan tidak lebih dari 10 halaman buku. Isi cerpen sendiri berkisah tentang kehidupan sehari-hari masyarakat modern dan tidak jarang juga berkisah tentang keresahan pribadi si pengarang atau bahkan isu-isu sosial politik yang tengah marak terjadi
Roman
roman diartikan sebagai sebuah prosa yang mengisahkan pelaku utamanya dengan segala suka dan duka yang dialaminya. Dalam roman, tokoh utama biasanya sering diceritakan mulai si tokoh lahir hingga si tokoh meninggal dunia. Tak hanya mengisahkan kehidupan seseorang, roman juga seringkali menggambarkan adat atau aspek budaya suatu daerah secara mendetail dan menyeluruh.
contoh prosa fiksi terkenaldan berkembang di Indonesia
Sangkuriang
Alkisah pada jaman dahulu kala seekor babi tengah melintas di sebuah hutan belantara. Babi hutan itu sedang merasa kehausan di tengah panasnya terik matahari. Pada saat dia mencari-cari mata air, dia melihat ada air yang tertampung di pohon keladi hutan.
Segera diminumnya air itu untuk melepas dahaga. Tanpa disadarinya air itu adalah air seni Raja Sungging Perbangkara. Karena kesaktian Raja Sungging Perbangkara, babi hutan itu pun mengandung setelah meminum air seninya. Sembilan bulan kemudian si babi hutan melahirkan seorang bayi perempuan.
Raja Sungging Perbangkara mengetahui perihal adanya bayi perempuan yang terlahir karena air seninya itu. Ia pun pergi ke hutan untuk mencarinya. Ditemukannya bayi prempuan itu. Dia pun memberinya nama Dayang Sumbi dan membawanya pulang ke istana kerajaan.
Dayang Sunbi tumbuh menjadi perempuan yang sangat cantik wajahnya. Serasa tak terbilang jumlah raja, pangeran dan bangsawan yang berkehendak memperistri anak perempuan Raja Sungging Perbangkara itu. Namun, semua pinangan itu di tolak Dayang Sumbi dengan halus. Sama sekali tidak diduga oleh Dayang Sumbi , mereka yang ditolak pinangannya itu saling berperang sendiri untuk memperebutkan dirinya.
Dayang Sumbi sangat bersedih mengetahui kenyataan bahwa para pangeran, raja dan bangsawan yang ditolaknya saling melakukan peperangan. Dia pun memohon kepada Raja Sungging Perbangkara untuk mengasingkan diri. Sang Raja akhirnya mengijinkan anaknya tersebut untuk mengasingkan diri. Dayang Sumbi mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani oleh seekor anjing jantan bernama si tumang. Untuk mengisi waktu luangnya selama dalam pengasingan, Dayang Sumbi pun menenun.
Alkisah, ketika Dayang Sumbi sedang menenun, peralatan tenunannya terjatuh. Ketika itu Dayang Sumbi merasa malas untuk mengambilnya. Terlontarlah ucapan yang tidak terlalu disadarinya.” Siapapun juga yang bersedia mengambilkan peralatan tenunku yang terjatuh, seandainya itu lelaki akan kujadikan suami, jika dia perempuan dia akan kujadikan saudara.”
Tak disangka si tumang mengambil peralatan tenun yang terjatuh itu dan memberikannya kepada Dayang Sumbi.
Tidak ada yang dapat diperbuat Dayang Sumbi selain memenuhi ucapannya. Dia menikah dengan Si Tumang yang ternyata titisan dewa. Si Tumang adalah dewa yang dikutuk menjadi hewan dan dibuang ke bumi. Beberapa bulan setelah menikah, Dayang Sumbi pun mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki. Dayang Sumbi memberinya nama Sangkuriang.
Waktu terus berlalu. Beberapa tahun kemudian terlewati. Sangkuriang telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan wajahnya. Gagah. Tubuhnya kuat dan kekar. Sakti mandraguna pula anak Dayang Sumbi ini.
Sejak kecil Sangkuriang telah senang berburu. Setiap kali melakukan perburuan di hutan. Sangkuriang senantiasa ditemani oleh si tumang. Sama sekali Sangkuriang tidak tahu bahwa si Tumang adalah ayah kandungnya.
Pada suatu hari Sangkuriang dengan di temani Si Tumang kembali meakukan perburuan di hutan. Sangkuriang berniat mencari kijang karena ibunya sangat menghendaki memakan hati kijang. Setelah beberapa saat berada di dalam hutan, Sangkuriang melihat seekor kijang yang tengah merumput di balik semak belukar. Sangkuriang memerintahkan si tumang untuk mengejar kijang itu Sangat aneh, si Tumang yang biasanya penurut, ketika itu tidak menuruti perintahnya. Sangkuriang menjadi marah. Katanya.” Jika engkau tetap tidak menuruti perintahku, niscaya aku akan mebunuhmu.”
Ancaman Sangkuriang seakan tidak dipedulikan si Tumang. Karena jengkel dan marah, Sangkuriang lantas membunuh si Tumang. Hati anjing hitam itu diambilnya dan dibawanya pulang ke rumah. Sangkuriang memberikan hati si Tumang kepada ibunya untuk dimasak.
Tanpa disadari Dayang Sumbi bahwa hati yang diberikan anaknya adalah hati suaminya. Dia kemudian memasak dan memakan hati itu. Maka, tak terperikan amarah Dayang Sumbi kepada Sangkuriang ketika dia tahu hati yang dimakannya adalah hati si Tumang. Dia lalu meraih gayung yang terbuat dari tempurung kelapa dan memukul kepala Sangkuriang, hingga kepala Sangkuriang terluka.
Sangkuriang sangat marah dan sakit hati dengan perlakuan ibunya itu. Menurutnya, Ibunya lebih menyayangi si Tumang dibandingkan dirinya. Maka, tanpa pamit kepada Dayang Sumbi ibunya, Sangkuriang lantas pergi mengembara ke arah timur.
Dayang Sumbi sangat menyesal setelah mengetahui kepergian Sangkuriang anaknya. Dia pun bertapa dan memohon ampun kepada para dewa atas kesalahan yang diperbuatnya. Para dewa mendengar permintaan Dayang Sumbi, mereka menerima permintaan maaf itu dan mengaruniakan Dayang Sumbi kecantikan abadi.
Syahdan, Sangkuriang terus mengembara tanpa tujuan yang pasti. Dalam pengembaraanya Sangkuriang terus menambah kesaktiannya dengan berguru kepada orang-orang sakti yang ditemuinya selama pengembaraan. Bertahun-tahun Sangkuriang mengembara tanpa disadari dia kembali ke tempat dimana dia dahulu dilahirkan.
Sangkurian terpesona dengan kecantikan Dayang Sumbi yang abadi, dia tidak menyadari bahwa perempuan cantik yang ditemuinya di hutan adalah ibu kandungnya sendiri. Hal yang sama terjadi juga pada Dayang Sumbi yang tidak menyadari pemuda gagah yang sakti itu adalah Sangkuriang anaknya. Karena saling jatuh cinta mereka merencenakan untuk menikah.
Sebelum pernikahan dialngsungkan Sangkuriang berniat untuk berburu. Dayang Sumbi membantu Sangkuriang mengenakan penutup kepala. Ketika itulah dayang Sumbi melihat luka di kepala calon suaminya. Teringatlah dia pada anak lelakinya yang telah meninggalkannya. Dia sangat yakin pemuda gagah itu tidak lain adalah Sangkuriang anaknya.
Dayang Sumbi kemudian menjelaskan bahwa dai sesungguhnya adalah ibu kandung dari Sangkuriang. Oleh karena itu dia tidak bersedia menikah dengan anak kandungnya tersebut. Namun, Sangkuriang yang telah dibutakan oleh hawa nafsu tidak memperdulikan penjelasan Dayang Sumbi, dia tetap bersikukuh akan menikahi Dayang Sumbi.
“Jika memang begitu kuat keinginanmu untuk menikahiku, aku mau engkau memenuhi satu permintaanku” Kata Dayang Sumbi
“Apa permintaan yang engkau kehendaki.” Tantang Sangkuriang.
Dayang Sumbi mengajukan syarat yang laur biasa berat yaitu dia ingi sungai citarum dibendung untuk dibuat danau, dan didalam danau itu ada perahu besar.” Semua itu harus dapat engkau selesaikan dalam waktu satu malam.” Ucap Dayang Sumbi.” Sebelum fajar terbit, kedua permintaanku itu harus telah selesai engaku kerjakan.”
Tanpa ragu Sangkuriang menyanggupi permintaan dari Dayang Sumbi.” Baiklah, aku akan memenuhi permintaanmu.”
Sangkuriang segera bekerja mewujudkan permintaan Dayang sumbi. Pertama kali dia menebang pohon besar untuk dibuatnya sebuah perahu. Cabang dan ranting pohon yang tidak dibutuhkannya ditumpukan. Tumpukan cabang dan ranting pohon itu dikemudian hari menjelma menjadi gunung Burangrang.Begitu pula tunggul pohpon itu kemudian berubah menjadi sebuah gunung yang lebih dikenal gunung bukit tinggul.
Perahu besar itu akhirnya selesai dibuat Sangkuriang. Pemuda Sakti itu lantas berniat membendung aliran sungai Citarum yang deras untuk dibuat sebuah danau. Sangkuriang kemudian memanggi para makhluk halus untuk membantunya mewujudkan permintaan Dayang sumbi.
Semua yang dilakukan Sangkuriang diketahii oleh Dayang Sumbi. Terbit kecemasan dalam hati Dayang Sumbi ketika melihat pekerjaan Sangkuriang sebentar lagi selesai. Dia harus menggagalkan pekerjaan Sangkuriang agar pernikahan dengan anak kandungnya itu tidak terlaksana. Dia pun memohon pertolongan dari para Dewa.
Setelah berdoa, Dayang Sumbi mendapatkan petunjuk. Dayang Sumbi lantas menebarkan boeh rarang (kain putih hasil tenunan). Dia juga memkasa ayam jantan berkokok disaat waktu masih malam. Para makhluk halus sangat ketakutan ketika mengetahui fajar telah tiba. Mereka berlari dan menghilang kesegala penjuru. Mereka meninggalkan pekerjaannya membuat danau dan perahu yang belum selesai.
Sangkuriang sangat marah. Dia merasa Dayang Sumbi telah berlaku curang kepadanya. Ida sangat yakin jika fajar sesungguhnya belum tiba. Dia merasa masih tersedia waktu baginya untuk menyelesaikan pekerjaan. Dengan kemarahan tinggi, Sangkuriang lantas menjebol bendungan di Sanghyang Tikoro. Sumbat aliran citarum lantas dilemparkannya ke arah timur yang kemudian menjelma menjadi gunung Manglayang. Air yang semula memenuhi danau itu pun menjadi surut. Serasa belum reda kemarahannya. Sangkuriang lantas menendang perahu besar yang telah dibuatnya hingga terlempat jauh dan jatuh tertelungkup. Menjelmalah perahu besar itu menjadi sebuah gunung yang kemudian di sebut gunung Tangkuban Perahu.
sumber:
https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-prosa-fiksi
http://cigemblongindah.blogspot.com/2017/10/makalah-perkembangan-prosa-fiksi-dan.html
https://ppid.bandung.go.id/knowledgebase/legenda-sangkuriang-asal-gunung-tangkuban-perahu/
Nusantara adalah wilayah yang kekayaan karya prosanya sangat luar bias. Karya-karya prosa itu terbentang mulai dari karya prosa lama hingga prosa modern. Dari khasanah prosa lama kita mengenal cerita-cerita rakyat seperti: mite,legenda,fabele,hikayat dan lain-lain. Prosa lama yang wujudnya berupa cerita rakyat ,atau juga dikenal dengan istilah folklor seperti diuraikan di atas,pada awalnya merupakan sastra lisan.Keberadaan cerita rakyat ini sangat menyatu dengan dengan kegiatan kehidupan masyarakat sehari-hari. Cerita rakyat itu biasa menjadi pengantar tidur bagi anak-anak dengan didongengkan oleh orangtuanya. Atau,diceritakan oleh masyarakat dari mulut kemulut.
berikut ini adalah periode perkembangan prosa fiksi di indonesia :
Periode Balai Pustaka (20-30-an)
Angkatan Balai Pustaka ini lahir tahun 1920, menguat tahun 1925-1935, dan melemah tahun 1940.Jenis prosa periode tahun ini terutama roman. Roman-roman masa ini kebanyakan mengangkat permasalahan-permasalahan adat, gap antara antara kaum tua dengan kaum muda,dan bersifat kedaerahan.
Periode Pujangga Baru
Angkatan ini mulai muncul pada tahun 1930,menguat pada tahun1933-1940, dan melemah pada tahun 1945. Prosa yang ditulis pada periode ini masih didominasi roman, meskipun cerita pendek pun ada. Corak prosa masa ini beraliran romantik. Masalah yang diangkat bersangkut-paut dengan kehidupan masyarakat kota, masalah individu manusia,nasionalisme, dan bersifat didaksis.
Periode 1945
Angkatan ini lahir tahun 1940,menguat tahun 1943-1953,dan melemah tahun 1955-an. Pada periode ini, karya prosa berbentuk cerita pendek (cerpen) mulai meluas. Prosa periode ini cenderung realistis,sinis,dan ironis terhadap keadaan diatas. Masalah-masalah yang diangkat kebanyakan masalah-masalah kemasyarakatan,seperti kemiskinan,pelanggaran hak asasi manusia,ketidak adilan dan lain-lain.
Periode Angkatan 50
Angkatan ini mulai lahir tahun 1950,menguat tahun 1955-19965,dan melemah tahun 1970. Pada masa ini Indonesia menganut sistem demokrasi parlementer liberal yang menyebabkan banyaknya partai di Indonesia. Situasi sosial,politik, ekonomi Negara seperti digambarkan diatas berpengaruh terhadap satra karena banyak sastrawan yang masuk dalam lembaga-lembaga kebudayaan tersebut.Akhirnya karya sastra pun mengusung dan mensosialisasikan ideologi partai yang dimasukinya tersebut. Disamping itu, banyak juga satrawan yang “merdeka” dan lebih menganut prinsip menulis untuk kemanusiaan, bukan untuk partai tertentu. Hal ini menyebabkan corak sastra, termasuk juga prosa,beragam. Secara estetis, meneruskan konvensi angkatan 45. Yang berbeda adalah masalah yang dikemukakannya. Prosa masa ini banyak mengangkat masalah pertentangan politik, kehidupan masyarakat sehari-hari, juga kehidupan pedesaan. Selain itu, protes terhadap kebijakan pemerintah Orde lama pun banyak mewarnai karya-karya angkatan ini.
Periode Angkatan 70
Angkatan ini sudah mulai muncul tahun 1960-an namun mulai menguat pada tahun 70-an,dan melemah sekitar tahun 1980-an. Masa transisi dari pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru, dan arus kebudayaan Barat yang menghantam secara kuat, membuat situasi masyarakat tahun-tahu ini, terutama secara moral dan spiritual cukup bergejolak. Hal ini berpengaruh pula pada penciptaan karya sastra. Konvensi karya sastra yang ada selama ini dianggap tidak mampu lagi menyuarakan suara zaman 1970-an yang gemuruh. Oleh karena itu, pada masa ini banyak muncul 17 eksperimentasi dan inovasi,termasuk dalam bidang prosa. Prosa-prosa beraliran surealisme banyak muncul pada masa ini. Selain itu, pengaru filsafat eksistensialisme yang semakin kuat menyebabkan banyak karya prosa yang bertema absurdisme. Muncul pula karya-karya prosa bertema sufistik.
Jenis prosa fiksi yang berkembang di Indonesia yaitu,
Hikayat
merupakan prosa fiksi yang ada sebelum karya sastra barat masuk ke Indonesia. Prosa fiksi ini mempunyai beberapa karakteristik yang khas, di mana beberapa karakteristik hikayat tersebut antara lain ceritanya yang bersifat fiktif, latar tempatnya yang istanasentris (selalu berlatar tempat lingkungan istana), dan penggunaan bahasa Melayu klasik yang kental. Hikayat sendiri mempunyai beberapa macam, di mana beberapa diantara macam-macam hikayat tersebut antara lain hikayat melayu, hikayat Jawa, dan lain sebagainya.
Dongeng
Selain hikayat, prosa lama yang juga termasuk ke dalam prosa fiksi adalah dongeng. Menurut laman id.wikipedia.org, dongeng diartikan sebagai sebuah cerita yang bersifat khayali dan terkadang tidak masuk akal. Dongeng sendiri terbagi atas beberapa macam, di mana macam-macam dongeng tersebut antara lain contoh dongeng fabel singkat, contoh legenda singkat, contoh dongeng sage, contoh dongeng parabel, dan contoh mite atau mitos.
Kisah
Merupakan salah satu prosa lama dan prosa fiksi yang menceritakan kisah perjalan seseorang ke suatu daerah. Sebetulnya, kisah sendiri bersifat semi fiksi karena cerita yang hendak disampaikan oleh kisah sebetulnya juga bersumber dari realita yang kemudian dipadukan dengan imajinasi pembaca.
Novel
Novel merupakan salah satu prosa baru yang tergolong ke dalam prosa fiksi. Novel sendiri merupakan sebuah prosa yang menceritakan sebuah tokoh dan peristiwa secara kompleks dan biasanya terdiri dari beberapa bab dan cerita.
Cerpen
Cerpen atau cerita pendek merupakan sebuah prosa yang fokus menceritakan satu tokoh dan satu peristiwa secara mendalam dan biasanya kisah yang diceritakan tidak lebih dari 10 halaman buku. Isi cerpen sendiri berkisah tentang kehidupan sehari-hari masyarakat modern dan tidak jarang juga berkisah tentang keresahan pribadi si pengarang atau bahkan isu-isu sosial politik yang tengah marak terjadi
Roman
roman diartikan sebagai sebuah prosa yang mengisahkan pelaku utamanya dengan segala suka dan duka yang dialaminya. Dalam roman, tokoh utama biasanya sering diceritakan mulai si tokoh lahir hingga si tokoh meninggal dunia. Tak hanya mengisahkan kehidupan seseorang, roman juga seringkali menggambarkan adat atau aspek budaya suatu daerah secara mendetail dan menyeluruh.
contoh prosa fiksi terkenaldan berkembang di Indonesia
Sangkuriang
Alkisah pada jaman dahulu kala seekor babi tengah melintas di sebuah hutan belantara. Babi hutan itu sedang merasa kehausan di tengah panasnya terik matahari. Pada saat dia mencari-cari mata air, dia melihat ada air yang tertampung di pohon keladi hutan.
Segera diminumnya air itu untuk melepas dahaga. Tanpa disadarinya air itu adalah air seni Raja Sungging Perbangkara. Karena kesaktian Raja Sungging Perbangkara, babi hutan itu pun mengandung setelah meminum air seninya. Sembilan bulan kemudian si babi hutan melahirkan seorang bayi perempuan.
Raja Sungging Perbangkara mengetahui perihal adanya bayi perempuan yang terlahir karena air seninya itu. Ia pun pergi ke hutan untuk mencarinya. Ditemukannya bayi prempuan itu. Dia pun memberinya nama Dayang Sumbi dan membawanya pulang ke istana kerajaan.
Dayang Sunbi tumbuh menjadi perempuan yang sangat cantik wajahnya. Serasa tak terbilang jumlah raja, pangeran dan bangsawan yang berkehendak memperistri anak perempuan Raja Sungging Perbangkara itu. Namun, semua pinangan itu di tolak Dayang Sumbi dengan halus. Sama sekali tidak diduga oleh Dayang Sumbi , mereka yang ditolak pinangannya itu saling berperang sendiri untuk memperebutkan dirinya.
Dayang Sumbi sangat bersedih mengetahui kenyataan bahwa para pangeran, raja dan bangsawan yang ditolaknya saling melakukan peperangan. Dia pun memohon kepada Raja Sungging Perbangkara untuk mengasingkan diri. Sang Raja akhirnya mengijinkan anaknya tersebut untuk mengasingkan diri. Dayang Sumbi mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani oleh seekor anjing jantan bernama si tumang. Untuk mengisi waktu luangnya selama dalam pengasingan, Dayang Sumbi pun menenun.
Alkisah, ketika Dayang Sumbi sedang menenun, peralatan tenunannya terjatuh. Ketika itu Dayang Sumbi merasa malas untuk mengambilnya. Terlontarlah ucapan yang tidak terlalu disadarinya.” Siapapun juga yang bersedia mengambilkan peralatan tenunku yang terjatuh, seandainya itu lelaki akan kujadikan suami, jika dia perempuan dia akan kujadikan saudara.”
Tak disangka si tumang mengambil peralatan tenun yang terjatuh itu dan memberikannya kepada Dayang Sumbi.
Tidak ada yang dapat diperbuat Dayang Sumbi selain memenuhi ucapannya. Dia menikah dengan Si Tumang yang ternyata titisan dewa. Si Tumang adalah dewa yang dikutuk menjadi hewan dan dibuang ke bumi. Beberapa bulan setelah menikah, Dayang Sumbi pun mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki. Dayang Sumbi memberinya nama Sangkuriang.
Waktu terus berlalu. Beberapa tahun kemudian terlewati. Sangkuriang telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan wajahnya. Gagah. Tubuhnya kuat dan kekar. Sakti mandraguna pula anak Dayang Sumbi ini.
Sejak kecil Sangkuriang telah senang berburu. Setiap kali melakukan perburuan di hutan. Sangkuriang senantiasa ditemani oleh si tumang. Sama sekali Sangkuriang tidak tahu bahwa si Tumang adalah ayah kandungnya.
Pada suatu hari Sangkuriang dengan di temani Si Tumang kembali meakukan perburuan di hutan. Sangkuriang berniat mencari kijang karena ibunya sangat menghendaki memakan hati kijang. Setelah beberapa saat berada di dalam hutan, Sangkuriang melihat seekor kijang yang tengah merumput di balik semak belukar. Sangkuriang memerintahkan si tumang untuk mengejar kijang itu Sangat aneh, si Tumang yang biasanya penurut, ketika itu tidak menuruti perintahnya. Sangkuriang menjadi marah. Katanya.” Jika engkau tetap tidak menuruti perintahku, niscaya aku akan mebunuhmu.”
Ancaman Sangkuriang seakan tidak dipedulikan si Tumang. Karena jengkel dan marah, Sangkuriang lantas membunuh si Tumang. Hati anjing hitam itu diambilnya dan dibawanya pulang ke rumah. Sangkuriang memberikan hati si Tumang kepada ibunya untuk dimasak.
Tanpa disadari Dayang Sumbi bahwa hati yang diberikan anaknya adalah hati suaminya. Dia kemudian memasak dan memakan hati itu. Maka, tak terperikan amarah Dayang Sumbi kepada Sangkuriang ketika dia tahu hati yang dimakannya adalah hati si Tumang. Dia lalu meraih gayung yang terbuat dari tempurung kelapa dan memukul kepala Sangkuriang, hingga kepala Sangkuriang terluka.
Sangkuriang sangat marah dan sakit hati dengan perlakuan ibunya itu. Menurutnya, Ibunya lebih menyayangi si Tumang dibandingkan dirinya. Maka, tanpa pamit kepada Dayang Sumbi ibunya, Sangkuriang lantas pergi mengembara ke arah timur.
Dayang Sumbi sangat menyesal setelah mengetahui kepergian Sangkuriang anaknya. Dia pun bertapa dan memohon ampun kepada para dewa atas kesalahan yang diperbuatnya. Para dewa mendengar permintaan Dayang Sumbi, mereka menerima permintaan maaf itu dan mengaruniakan Dayang Sumbi kecantikan abadi.
Syahdan, Sangkuriang terus mengembara tanpa tujuan yang pasti. Dalam pengembaraanya Sangkuriang terus menambah kesaktiannya dengan berguru kepada orang-orang sakti yang ditemuinya selama pengembaraan. Bertahun-tahun Sangkuriang mengembara tanpa disadari dia kembali ke tempat dimana dia dahulu dilahirkan.
Sangkurian terpesona dengan kecantikan Dayang Sumbi yang abadi, dia tidak menyadari bahwa perempuan cantik yang ditemuinya di hutan adalah ibu kandungnya sendiri. Hal yang sama terjadi juga pada Dayang Sumbi yang tidak menyadari pemuda gagah yang sakti itu adalah Sangkuriang anaknya. Karena saling jatuh cinta mereka merencenakan untuk menikah.
Sebelum pernikahan dialngsungkan Sangkuriang berniat untuk berburu. Dayang Sumbi membantu Sangkuriang mengenakan penutup kepala. Ketika itulah dayang Sumbi melihat luka di kepala calon suaminya. Teringatlah dia pada anak lelakinya yang telah meninggalkannya. Dia sangat yakin pemuda gagah itu tidak lain adalah Sangkuriang anaknya.
Dayang Sumbi kemudian menjelaskan bahwa dai sesungguhnya adalah ibu kandung dari Sangkuriang. Oleh karena itu dia tidak bersedia menikah dengan anak kandungnya tersebut. Namun, Sangkuriang yang telah dibutakan oleh hawa nafsu tidak memperdulikan penjelasan Dayang Sumbi, dia tetap bersikukuh akan menikahi Dayang Sumbi.
“Jika memang begitu kuat keinginanmu untuk menikahiku, aku mau engkau memenuhi satu permintaanku” Kata Dayang Sumbi
“Apa permintaan yang engkau kehendaki.” Tantang Sangkuriang.
Dayang Sumbi mengajukan syarat yang laur biasa berat yaitu dia ingi sungai citarum dibendung untuk dibuat danau, dan didalam danau itu ada perahu besar.” Semua itu harus dapat engkau selesaikan dalam waktu satu malam.” Ucap Dayang Sumbi.” Sebelum fajar terbit, kedua permintaanku itu harus telah selesai engaku kerjakan.”
Tanpa ragu Sangkuriang menyanggupi permintaan dari Dayang Sumbi.” Baiklah, aku akan memenuhi permintaanmu.”
Sangkuriang segera bekerja mewujudkan permintaan Dayang sumbi. Pertama kali dia menebang pohon besar untuk dibuatnya sebuah perahu. Cabang dan ranting pohon yang tidak dibutuhkannya ditumpukan. Tumpukan cabang dan ranting pohon itu dikemudian hari menjelma menjadi gunung Burangrang.Begitu pula tunggul pohpon itu kemudian berubah menjadi sebuah gunung yang lebih dikenal gunung bukit tinggul.
Perahu besar itu akhirnya selesai dibuat Sangkuriang. Pemuda Sakti itu lantas berniat membendung aliran sungai Citarum yang deras untuk dibuat sebuah danau. Sangkuriang kemudian memanggi para makhluk halus untuk membantunya mewujudkan permintaan Dayang sumbi.
Semua yang dilakukan Sangkuriang diketahii oleh Dayang Sumbi. Terbit kecemasan dalam hati Dayang Sumbi ketika melihat pekerjaan Sangkuriang sebentar lagi selesai. Dia harus menggagalkan pekerjaan Sangkuriang agar pernikahan dengan anak kandungnya itu tidak terlaksana. Dia pun memohon pertolongan dari para Dewa.
Setelah berdoa, Dayang Sumbi mendapatkan petunjuk. Dayang Sumbi lantas menebarkan boeh rarang (kain putih hasil tenunan). Dia juga memkasa ayam jantan berkokok disaat waktu masih malam. Para makhluk halus sangat ketakutan ketika mengetahui fajar telah tiba. Mereka berlari dan menghilang kesegala penjuru. Mereka meninggalkan pekerjaannya membuat danau dan perahu yang belum selesai.
Sangkuriang sangat marah. Dia merasa Dayang Sumbi telah berlaku curang kepadanya. Ida sangat yakin jika fajar sesungguhnya belum tiba. Dia merasa masih tersedia waktu baginya untuk menyelesaikan pekerjaan. Dengan kemarahan tinggi, Sangkuriang lantas menjebol bendungan di Sanghyang Tikoro. Sumbat aliran citarum lantas dilemparkannya ke arah timur yang kemudian menjelma menjadi gunung Manglayang. Air yang semula memenuhi danau itu pun menjadi surut. Serasa belum reda kemarahannya. Sangkuriang lantas menendang perahu besar yang telah dibuatnya hingga terlempat jauh dan jatuh tertelungkup. Menjelmalah perahu besar itu menjadi sebuah gunung yang kemudian di sebut gunung Tangkuban Perahu.
sumber:
https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-prosa-fiksi
http://cigemblongindah.blogspot.com/2017/10/makalah-perkembangan-prosa-fiksi-dan.html
https://ppid.bandung.go.id/knowledgebase/legenda-sangkuriang-asal-gunung-tangkuban-perahu/
Komentar
Posting Komentar